a a a a a
ATRIA ENERGI
 Berita sub header

Berita Terbaru

Lumayan, Kemarin Harga Batu Bara Naik 1,23% ke US$ 53,6/Ton

Lumayan, Kemarin Harga Batu Bara Naik 1,23% ke US$ 53,6/Ton

Market - Tirta Citradi, CNBC Indonesia
16 June 2020 09:13


Jakarta, CNBC Indonesia - Memasuki pekan ini, harga batu bara Newcastle untuk kontrak yang ramai diperdagangkan ditutup menguat kemarin. Namun masih terlalu dini untuk mengambil kesimpulan harga batu bara akan rebound ke level sebelum pandemi mengingat masih adanya risiko ketidakpastian.

Kemarin, Senin (15/6/2020), harga batu bara ditutup naik 1,23% ke US$ 53,6/ton. Pada awal bulan harga batu bara kontrak berjangka dibanderol US$ 56,3/ton. Namun pada pekan lalu harga batu bara menyentuh titik terendah sejak 8 Mei 2020 di US$ 52,95/ton. Artinya dalam periode tersebut harga batu bara anjlok 5,9%.

Meski indeks Baltic dan komponennya seperti Panamax, Supramax dan Capesize yang mengukur permintaan terhadap kapal kargo pengiriman komoditas mengalami kenaikan, pasar batu bara lintas laut (seaborne) masih menghadapi berbagai tantangan.

Mengacu pada laporan Reuters Insight Dry Freight, impor batu bara China bulan Mei turun 20% dibanding periode yang sama tahun lalu. Volume impor batu bara Negeri Tirai Bambu justru menurun saat permintaan untuk pembangkit listrik dan kebutuhan industri mulai membaik.

Setelah mengimpor secara besar-besaran April lalu, China mulai mengambil langkah untuk membatasi impor batu bara melalui penerapan kuota dan pengecekan dan pembatasan impor untuk kualitas tertentu bagi industri hilir.

Impor China bulan Juli diperkirakan akan anjlok 25% dibanding periode yang sama 2019 seiring dengan langkah China untuk mendorong permintaan domestik.

Beralih ke Indonesia sebagai salah satu negara eksportir batu bara selain Australia, total volume ekspor pada 5 bulan pertama tahun ini tercatat mencapai 175,15 juta ton. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan ekspor batu bara RI tahun ini mencapai 435 juta ton, lebih rendah dibanding tahun lalu sebesar 458,8 juta ton.

Kini pasar juga diliputi kekhawatiran akan terjadinya gelombang kedua wabah. China kembali melaporkan adanya lonjakan kasus baru beberapa hari terakhir. Reuters melaporkan kenaikan kasus baru tersebut disinyalir berasal dari klaster pasar makanan Xinfadi Beijing.

Hampir tidak ada kasus virus corona baru di kota tersebut selama hampir dua bulan sampai infeksi baru kembali dilaporkan pada 12 Juni, dan sejak itu jumlah total telah meningkat menjadi 79 dalam empat hari terakhir, melansir Reuters.

Lonjakan kasus baru juga terjadi di Negeri Paman Sam. Alabama melaporkan rekor jumlah kasus baru untuk hari keempat berturut-turut hingga hari Minggu. Alaska, Arizona, Arkansas, California, Florida, North Carolina, Oklahoma dan South Carolina semuanya memiliki jumlah kasus baru dalam tiga hari terakhir, menurut penghitungan Reuters.

Kini kasus infeksi corona secara global telah mencapai 8 juta orang lebih dengan lonjakan paling signifikan terjadi di Amerika Latin. Sementara itu AS dan China kini harus menghadapi ancaman gelombang kedua wabah.

Jika gelombang kedua wabah benar-benar terjadi dan kembali membuat lockdown diterapkan, maka ekonomi akan makin terpuruk. Permintaan terhadap komoditas melambat dan disrupsi rantai pasok global kembali terjadi.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Berita Lumayan, Kemarin Harga Batu Bara Naik 1,23% ke US$ 53,6/Ton