Awas! Second Wave Corona, Harga Batu Bara Bisa Terjun Bebas
Market - Tirta Citradi, CNBC Indonesia 22 June 2020 09:56
Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang pekan lalu harga batu bara ditutup dengan koreksi tipis. Namun di hari terakhir perdagangan minggu lalu harga batu bara menguat.
Jumat (19/6/2020), harga batu bara acuan Newcastle untuk kontrak yang ramai ditransaksikan naik 1,62% ke US$ 53,35/ton. Meski menguat masih ada risiko ketidakpastian seputar perkembangan wabah yang membayangi harga batu bara.
Kasus infeksi corona di berbagai belahan dunia mulai kembali melonjak. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat ada pertambahan kasus sebanyak 183.020 dalam kurun waktu 24 jam di hari Minggu (21/6/2020).
Jika mengacu pada data John Hopkins University CSSE, jumlah kumulatif orang yang terinfeksi virus corona di dunia mencapai 8,9 juta. Amerika Serikat (AS) masih memimpin dengan catatan kasus terbanyak dengan nyaris 2,28 juta kasus disusul Brazil dengan lebih dari 1 juta kasus.
Lonjakan infeksi virus corona di beberapa bagian dunia seperti Beijing dan negara bagian Australia yaitu Victoria, telah mendorong pihak berwenang untuk memberlakukan kembali pembatasan mobilitas publik untuk menekan penyebaran.
Lonjakan kasus yang terjadi di AS, China dan Negara Amerika Latin ini membuat pasar cemas kalau lockdown kembali akan diterapkan. Jika karantina merupakan jalan terakhir yang dipilih, maka ekonomi akan mati suri lagi.
"Potensi kerusakan ekonomi dari putaran baru penanggulangan COVID-19 kemungkinan akan mengurangi antusiasme investor," kata Michael McCarthy, kepala strategi pasar di CMC Markets.
Gelombang kedua wabah menjadi ancaman bagi aktivitas perekonomian saat ini. Jika lockdown kembali diterapkan dan ruang gerak menjadi terbatas, permintaan bahan bakar dan energi bisa anjlok lagi yang ujung-ujungnya akan mengerek turun harga komoditas seperti batu bara.