Market - Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia 31 May 2020 10:45
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara anjlok sepanjang pekan ini. Penurunan permintaan dari China mempengaruhi harga si batu hitam.
Selama minggu ini, harga batu bara acuan di pasar ICE Newcastle (Australia) untuk kontrak yang berakhir 31 Juli 2020 anjlok 3,92%. Pada perdagangan akhir pekan, harga menyentuh titik terendah sejak 15 Mei.
Setelah mengimpor 27,62 juta ton batu bara pada Mei, sepertinya permintaan dari China merosot tajam. Sejauh ini, permintaan impor untuk Juni baru datang 6,69 juta ton.
Pemerintah China sedang berupaya melindungi industri batu bara domestik dengan membatasi impor. Yu Zhai, Konsultan Senior Wood Mackenzie, memperkirakan impor batu bara China pada semester II-2020 adalah sekitar 80 juta ton, turun sampai 25,23% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Dengan ekonomi China yang mulai bangkit usai dicabutnya karantina wilayah (lockdown) karena penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang melambat, produsen batu bara di Negeri Tirai Bambu ramai-ramai menggenjot produksi. Maklum, ekonomi yang pulih tentu membuat permintaan listrik meningkat. Sebagian besar pembangkit listrik di China menggunakan batu bara sebagai energi primer.
Namun dengan membanjirnya batu bara impor, produsen lokal tidak punya pilihan selain menyesuaikan harga. Akibatnya, profit margin pada kuartal I-2020 terpangkas hingga 30%.
"Produsen batu bara di China sedang mengalami masa sulit. Oleh karena itu, pemerintah mendorong pembangkit listrik untuk membeli batu bara dari dalam negeri," ungkap seorang pejabat asosiasi batu bara China, seperti dikutip dari Reuters.
China adalah konsumen sekaligus importir batu bara terbesar di dunia. Oleh karena itu, perubahan permintaan dari Negeri Panda tentunya bakal mempengaruhi pembentukan harga.