a a a a a
ATRIA ENERGI
 Berita sub header

News Update

Makin Ambles, Harga Batu Bara Kian Dekati US$ 50/Ton

Makin Ambles, Harga Batu Bara Kian Dekati US$ 50/Ton

Market - Tirta Citradi, CNBC Indonesia
18 June 2020 10:32


Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara termal acuan Newcastle ditutup anjlok lagi kemarin. Kini harga batu bara untuk kontrak yang ramai diperdagangkan itu semakin mendekati US$ 50/ton.

Rabu (17/6/2020) harga batu bara ditutup melemah 1,42% ke US$ 52,1/ton. Dalam dua hari perdagangan terakhir harga batu bara ditutup dengan koreksi lebih dari 1%.

Harga batu bara domestik China tetap jauh lebih tinggi daripada harga batu bara impor. Umumnya hal ini akan membuat impor batu bara China mengalami peningkatan Namun China memberlakukan kuota impor yang membatasi volume impor secara keseluruhan.

Berdasarkan data Refinitiv, impor batu bara China pada pekan yang berakhir 12 Juni adalah 13,98 juta ton, turun dari 18,48 juta ton pada minggu sebelumnya. Refinitiv melaporkan kuota impor batu bara China untuk tahun ini diperkirakan sama dengan tahun 2017 sebesar 270 juta ton.

Sejak itu, berbagai pembatasan impor telah diberlakukan untuk mendukung harga batu bara domestik Tiongkok agar profitabilitas di sektor pertambangan batu bara dan sektor pembangkit listrik di Cina terjamin.

Mengacu pada data Bea Cukai China, selama Januari-Mei tahun ini, impor lignit dan batu bara Cina telah mencapai 148,7 juta ton atau naik 16,8% (yoy). Jika berkaca pada 2017, China diperkirakan telah menggunakan lebih dari 55% kuota impor 2020 pada akhir Mei.

Di sisi lain impor batu bara di negara Asia lainnya seperti Jepang, Korea Selatan dan India juga masih rendah. Total impor batu bara Korea Selatan dan Jepang masing-masing sebesar 1,7 juta dan 1,9 juta ton hingga 12 Juni lalu.

Volume impor pekan lalu masih lebih rendah dibandingkan minggu sebelumnya sebesar 1,76 dan 2,95 juta ton yang diimpor di masing-masing negara.

Impor India pekan lalu juga hanya sebesar 1,42 juta ton lebih rendah dari pekan sebelumnya yang mencapai 2,2 juta ton.

Menurut laporan terbaru BP, meski 36% suplai listrik global dihasilkan dari pembakaran batu bara di unit pembangkitnya, tetapi pangsa pasar sumber energi primer komoditas ini turun menjadi 27%, terendah dalam 16 tahun terakhir.

Permintaan batu bara belum pulih benar kini harus dihadang oleh kabar tak sedap lagi yang datang dari AS dan China. Dalam beberapa hari terakhir kedua negara tersebut melaporkan adanya lonjakan kasus baru infeksi corona.

Hingga 16 Juni 2020, jumlah kasus baru di Beijing tercatat bertambah sebanyak 137 kasus. Lonjakan kasus ini membuat pemerintah harus menutup sekolah dan membatalkan 60% penerbangan di bandara internasional Beijing.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Berita Makin Ambles, Harga Batu Bara Kian Dekati US$ 50/Ton