a a a a a
ATRIA ENERGI
 Berita sub header

News Update

Migas Babak Belur, Efek Corona Mulai Merambat ke Batu Bara

Migas Babak Belur, Efek Corona Mulai Merambat ke Batu Bara

News - Anisatul Umah , CNBC Indonesia
07 April 2020 13:16


Jakarta, CNBC Indonesia - Industri migas dalam negeri tengah babak belur akibat harga komoditas yang merosot tajam dalam sebulan. Salah satu penyebab harga emas hitam turun adalah karena pandemi corona masih berlangsung dan tak tahu kapan akan berakhir.

Setelah migas, dampak dari pandemi corona (Covid-19) kini menyasar ke industri batu bara, turunnya permintaan menyebabkan Harga Batu bara Acuan (HBA) bulan April anjlok.

Ketua Indonesian Mining Institute (IMI) Irwandy Arif mengatakan HBA US$ 65,77 per ton pada buan April belum menunjukkan dampak Covid-19 ke depan.

"Dampaknya tentu akan lebih besar kalau Covid -19 masih berlanjut beberapa bulan ke depan," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Selasa, (07/04/2020).

Irwandy menerangkan, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019 penurunan harga terjadi tapi belum drastis. Lalu harga rata-rata tahun 2019 jika dibandingkan harga rata-rata tahun 2018 harga batu bara turun sekitar 30%.

"Proyeksi harga batu bara sampai akhir tahun sebagai gambaran untuk ICI4 (kalori sekitar 4200) diharapkan sekitar US$ 30an dan mudah-mudahan tidak jatuh sampai US$ 27, harga ini bisa diekivalenkan untuk HBA sekitar US$ 60 per ton. Serapan batu bara yang menurun di kuartal II ini, perkiraan saya disaat ini ada 15 juta ton tanpa rumah," imbuhnya.

Terkait proyeksi permintaan batu bara tahun ini menurutnya masih sangat sulit diprediksi apabila Covid-19 masih berlangsung di seluruh dunia. "Mudah-mudahan penurunan permintaan ini tidak terlalu signifikan," harapnya.

Sementara Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara (APBI) Hendra Sinadia mengatakan sebagian besar anggota APBI tetap menjalankan produksi batu bara mereka. Dirinya menerangkan sampai dengan Triwulan I 2020 menurut data MODI adalah 142,51 juta ton dibanding dengan Triwulan I 2019 yang angkanya 146,25 juta ton mengalami penurunan sekitar 2,62% di tahun ini.

Sedangkan untuk ekspor batu bara sampai dengan Triwulan I 2020 menurut data MODI adalah 61,18 juta ton dibanding dengan Triwula I 2019 yang angkanya 108,95 mengalami penurunan sekitar 78,08% di tahun ini.

"Sejauh ini demand masih relatif baik paling tidak untuk bulan April hingga Mei
ini masih belum terjadi koreksi demand yang signifikan. Namun jika Pandemi masih berkepanjangan maka dikhawatirkan akan berpengaruh signifikan terhadap demand batu bara," jelasnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (07/04/2020).

Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava mengatakan meski harga batu bara US$ 66 per ton di bawah ekspektasi pasar sekitar US$ 70 per ton untuk tahun 2020 belum berdamak pada produksi batu bara.

"Tidak ada dampak, produksi batu bara tidak terpengaruh, ekspor dipantau dengan cermat," ungkapnya saat dihubungi, Selasa, (07/04/2020).

Hal senada disampaikan oleh Direktur Utama PTBA, Arviyan Arifin. Dirinya menyebut sejauh ini anjloknya HBA belum berpengaruh pada produksi dan ekspor. "Sejauh ini belum berdampak ya," ucapnya singkat, Selasa, (07/04/2020).

Seperti diketahui, HBA bulan April anjlok ke posisi US$ 65,77 per ton dampak dari virus corona (Covid-19) yang membuat negara-negara terdampak menurunkan permintaan. Dibandingkan bulan Maret, HBA bulan ini anjlok US$ 1,31 per ton dari posisi US$ 67,08 per ton.

HBA pada bulan Januari 2020 tercatat US$ 65,93 per ton turun dari Desember 2019 US$ 66,30 per ton. HBA mengalami fluktuasi, naik di Februari US$ 66,89 per ton dan Maret US$ 67,08 per ton, dan kembali turun di bulan April 2020 ini.
Berita Migas Babak Belur, Efek Corona Mulai Merambat ke Batu Bara