Australia-China Tegang, Harga Batu Bara 'Terbang' 4%
Market - Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia 24 May 2020 11:34
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara bergerak naik pada perdagangan pekan ini. Ketegangan hubungan Australia-China sepertinya tidak (atau belum) banyak mempengaruhi harga si batu hitam.
Sepanjang minggu ini, harga batu bara acuan internasional di pasar ICE Newcastle (Australia) naik 4,27% secara point-to point. Dalam sepekan, hanya sehari harga bergerak turun yaitu pada 21 Mei.
Pelaku pasar sempat khawatir hubungan Australia-China yang memburuk bisa menekan harga batu bara. Relasi Canberra-Beijing menegang setelah pemerintahan Perdana Menteri Scott Morrison mendesak China bertanggung jawab atas penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang menjadi pandemi global.
"Sekarang sangat wajar jika dunia ingin ada kajian independen tentang bagaimana ini semua bisa terjadi. Jadi ke depan kita bisa mencegah situasi serupa terulang kembali," kata Scott Morrison, Perdana Menteri Australia, seperti diwartakan oleh Reuters.
China merespons perkembangan ini dengan cukup keras. Awal pekan ini, tiba-tiba impor sereal (barley) asal Australia kena bea masuk anti dumping dan subsidi sebesar 80,5% saat masuk ke tanah Negeri Tirai Bambu. Bahkan bea masuk itu akan dikenakan setidaknya selama lima tahun ke depan, bisa direvisi tergantung situasi dan kondisi.
Tidak hanya barley, China juga mempertimbangkan untuk mempersulit masuknya produk-produk asal Australia lainnya seperti anggur (wine), produk susu (dairy), makanan laut, dan buah-buahan. Caranya adalah dengan pemeriksaan yang lebih ketat, bea masuk, dan penundaan kepabeanan.
Ke depan, China bisa saja menyetop impor seluruh produk dari Australia termasuk batu bara. China adalah salah satu pembeli terbesar batu bara Australia dengan nilai AU$ 13,84 miliar pada tahun fiskal 2017/2018. Hanya kalah dai Jepang dengan nilai AU$ 17,05 miliar.
Ada kekhawatiran penurunan permintaan dari China akan mempengaruhi harga batu bara. Namun kekhawatiran itu reda, karena sepertinya China akan berpikir dua kali untuk memutus pasokan batu bara dari Negeri Kanguru.
"Untuk baru bara termal, China punya beberapa pemasok alternatif seperti Indonesia, Rusia, atau Afrika Selatan. Namun untuk batu bara coking yang dipakai untuk proses pembuatan baja, China sangat tergantung kepada Australia. Pengiriman dari Kanada atau Amerika Serikat (AS) terlalu lama," kata kolumnis Reuters Clyde Russell.
Oleh karena itu, tensi yang meninggi antara Austraila dan China belum banyak berpengaruh terhadap harga batu bara. Namun jika tensi ini semakin tereskalasi, maka bukan tidak mungkin hasilnya akan berbeda.