Kala IMF Pesimistis Soal Ekonomi, Harga Batu Bara Malah Kuat
Market - Tirta Citradi, CNBC Indonesia 29 June 2020 10:53
Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan lalu harga batu bara acuan Newcastle untuk kontrak yang ramai ditransaksikan ditutup menguat signifikan setelah bergerak stabil di level terendahnya sejak Juni.
Jumat (26/6/2020), harga batu bara menguat 4,03% dan ditutup di US$ 54,2/ton. Dalam sepekan lalu, harga batu bara menguat 1,6% ketika harga komoditas lain seperti minyak sawit mentah (CPO) dan harga minyak Brent melemah masing-masing 4,21% dan 2,77%.
Harga batu bara justru menguat ketika banyak negara mulai melaporkan terjadinya lonjakan kasus baru infeksi Covid-19 dan rilisnya ramalan IMF seputar prospek ekonomi tahun ini yang jauh lebih buruk dari proyeksi sebelumnya April lalu.
Lembaga keuangan global yang bermarkas di Washington DC itu merevisi turun pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 1,9 poin persentase dari perkiraan April di angka minus 3% menjadi minus 4,9%.
IMF menilai risiko ketidakpastian yang tinggi serta data-data ekonomi yang dirilis menunjukkan bahwa kontraksi ekonomi yang lebih dalam adalah suatu keniscayaan.
Angka pengangguran yang tinggi, turunnya pendapatan dan konsumsi masyarakat, kontraksi volume perdagangan hingga mobilitas yang masih terbatas adalah dampak dari penerapan lockdown untuk menekan penyebaran wabah.
Ketika aktivitas ekonomi melambat harga komoditas biasanya akan ikut terdampak. Namun harga batu bara malah menguat signifikan. Hal ini ditengarai dipicu karena faktor teknikal saja karena harga batu bara cenderung stabil di level terendahnya ketika harga komoditas lain seperti CPO dan minyak mengalami penguatan.