TRIBUNNEWS.COM - PT Atria Multi Energi (Atria) mengklaim pasar batu bara dalam negeri masih menjadi andalan.
Sejumlah sektor manufaktur mulai dari industri tekstil hingga makanan dan minuman menjadi penyumbang utama bisnis perdagangan batu bara perseroan.
“Pasar utama kami adalah industri atau manufaktur di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Banten. Mereka membutuhkan kualitas batu bara yang cukup baik seperti produk kami,” tutur Denny Chandra, direktur utama PT Atria Multi Energi (Atria), di Jakarta, dalam keterangan tertulisnya.
Dia menambahkan, daya serap pasar domestik cukup kuat. Selaku coal company, Atria memiliki pembeli yang cukup captive. “Hal itu juga dikarenakan kualitas produk kami tergolong tinggi. Dengan tingkat kalori 5.000-6.000, praktis batu bara kami dicari oleh calon pembeli,” tambahnya.
Untuk sumber batu bara yang dijualnya, Atria membeli dari penambang di Kalimantan Selatan. “Pembeli kami sekitar 50% adalah perusahaan swasta, yaitu dari kalangan industri. Lalu, sebanyak 50% lainnya diserap oleh BUMN atau PLN,” tutur dia.
Melihat permintaan yang cukup tinggi, jelas dia, Atria bakal merangsek ke semua segmen jenis batu bara. Mulai dari batu bara berkalori 4.000 hingga 6.000. “Guna menjamin ketersediaan pasokan, kami juga memiliki gudang di Sidoarjo, Jawa Timur,” ujar Denny.
Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperlihatkan bahwa sekitar 75% batu bara dikirim ke luar negeri. Per akhir September 2018 tercatat bahwa produksi batu bara mencapai 344 juta ton dengan sekitar 259,1 juta ton dilempar ke pasar ekspor.
Di sisi lain, Kementerian ESDM menetapkan Harga Batu bara Acuan (HBA) November 2018 sebesar US$ 97,90/ton. Harga tersebut lebih rendah 2,97% dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar US$100,89/ton.
“Kami akan meningkatkan penjualan sebesar 15% pada 2019," kata Denny.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Atria Andalkan Pasar Domestik, https://www.tribunnews.com/bisnis/2018/12/10/atria-andalkan-pasar-domestik.